Sunday, February 1, 2009

bersepeda keliling indonesia {lanjutan 4}




Setelah puas keliling kota,kumasuki are fakultas Kedokteran Universitas Negeri Riau berharap bisa bertemu dengan mahasiswa Pecinta Alam yang ada.Untuk kesekian kalinya aku tidak bisa jumpai mereka karena security memberi info saat ini bulan liburan semester para mahasiswa.Bersyukur Aku bertemu security baik hati yang mau mengantarku mencari alamat mabk Tanti istri mas Yuyun kakak sepupuku yang tinggal di Pekanbaru,jadi tanpa banyak tanya aku dengan mudah sudah sampai didepan rumah mabk Tanti.Tiga hari dikota yang sudah penuh dengan pusat pertokoan dan mall semakin meyakinkanku jika Sumatera sebenarnya tidak kalah dari Pulau Jawa.Malam hari saat hujan mengguyur deras setelah sehatian keliling menikmati suasana kota,dibordes tangga jembatan penyebrangan Kunikmati alunan gesekan biola mengalunkan nada - nada kesedihan dari pengamen jalanan.Walau mengalunkan senandung sedih dalam setiap gesekan biola yang terlihat usang dengan warna pelitur yang sudah luntur di hampir seluh badan biola,tapi kulihat semangat hidup yang membara dari seorang bernama Darwas ketika dia menjabat tanganku sebagai salam perkenalan.Aku duduk bersila dibordes tangga yang sering terkena percikan air hujan yang semakin deras berdua bapak yang berusia 45 tahun dan telah dikaruniai 2 anak dan berasal dari Padang.Sebungkus rokok sampoerna mild pemberian polisi dari Klaten sewaktu istirahat di Merlung kuambil dari tas,kunyalakan sebatang dan 15 batang kuberikan pak Darwas,walau sebenarnya sudah 2 tahun aku tidak menghisap rokok.Banyak cerita mengalir dari Pak Darwas,cerita perjalanan hidup bagaimana dia bisa merantau sampai di Riau dengan hanya mengandalkan gesekkan biola untuk menghidupi keluarganya.Bagaimana dia dicibirkan orang - orang karena hanya karena dia punya penyakit kusta yang membuat ruas - ruas jari jemarinya sebagian hilang digerogoti penyakitnya.Sering kulihat tatapan atau mungkin jijik dari para pengguna jalan jembatan penyebrangan yang melintas didepan kami.Mungkin melihat pakaian yang kukenakan hampis sesederhana yang dipakai pak Darwas.Celana pendek dan surjan Jogja dengan sandal jepit yang kupakai sebagai alas duduk dan berdampingan dengan seorang pengamen biola tanpa ruas jari yang lengkap dengan kotak berisi uang recehan didepan kami."Mas Gun tidak malu duduk berdua disini bersama Saya yang cuma pengamen,nanti mas juga dikira pengamen lho!"kata - kata pak Darwas membuatku terharu."Tenang aja pak,Saya juga pengamen jadi klo mereka mengira Saya pengamen memang itu yang sebenarnya"jawabku enteng sambil tersenyum. "Bukan begitu mas,maksud Saya mas tidak malu dekat dengan orang yang cacat kayak saya ini"sebuah jawaban yang tidak terduga."Pak Darwas jangan kwatir,rasa malu saya ada 13 jadi klo hilang 1 saya masih punya 12"kucoba bercanda untuk mencairkan suasana.Tawa pak Darwas yang sampai terpingkal membuat hatiku lega,setidaknya Aku bisa membuat malamnya di hari yang dingin dan basah ini ada kegembiraan,walau hanya sedikit yang bisa kuberikan.Hujan mulai reda saat aku pamit pak Darwas untuk kembali kerumah mbak Tanti.Dan uang sisa pembelian matras di saku surjan kumasukan ke kaleng bekas susu yang telah berisi uang recehan hasil ngamen seharian pak Darwas. Aku tidak sempat menghitung uang yang kumasukan ke kaleng,Rp.11.000,- atau Rp.16000,- yang penting uang disaku kumasukkan itu saja.Rp.16000,- atau sejutapun mungkin tidak sbanding dengan apa yang tlah kuperoleh dari Pak Darwas.Pelajaran hidup yang begitu berliku darinya begitu menyentuh jiwaku,Hidup dalam kondisi sesulit apapun Aku harus berani menghadapi dengan ketegaran jiwa.Alunan syahdu gesekkan Biola serasa masih terdengar dalam tidurku dikamar dengan kasur empuk yang disediakan mabak Tanti dirumah yang penuh rasa persaudaraan,karena waktu ini semua anggota keluarga berkumpul.
Satu alasan aku tinggal tiga hari di Pekanbaru adalah Final Piala Eropa antara Yunani versus Rep.Ceko yang wajib aku tonton.Seperti kebanyakkan anak laki - laki dikampungku yang selalu menonton pertandingan sepakbola ditelevisi di gardu poskamling beramai - ramai dengan taruhan mentraktir makan mie ayam atau wedangan di warung"Hik" bagi yang kalah.Tapi disini aku hanya sendirian waktu menyaksikan kekalahan Rep.Ceko dengan score 1 - 0 buat Yunani.Akupun tetap kalah taruhan,dan harus membayar tiket menonton film setelah nanti aku pulang dari keliling Indonesia dengan Dik Yudi seorang teman dari Semarang.Bangun kesiangan dan kusempatkan mengecek kondisi sepeda sekalian menservis beberapa bagian sepeda yang rusak agar perjalanan menuju Medan lebih santai tanpa kerusakkan yang bisa mengganggu perjalanan.Selasa pagi 6 Juli 2004 pamit ke mbak Tanti dan keluarganya Kukayuh sepeda keluar dari kota Pekanbaru,84 km kukayuh sepeda dijalan hotmix dan kehujanan sepanjang 20 km dijalan yang penuh tanjakan dan menurun tajam sebelum aku berhenti di sebuah warung makan dekat Polsek Kandis. Untuk beristirahat dan menginap diwarung yang menyediakan tempat tidur dari papan panjang.Istirahat bareng - bareng Sopir - sopir truk yang juga menuju Medan dan kota - kota sekitarnya.Sebelum tidur,banyak mendapat pesanan bikin kartu kertas photo yang kugores dari beberapa sopir dan bahkan beberapa anggota polisi yang makan diwarung juga memesan goresanku.Penghasilan malam ini lumayan Kudapat dari beberapa jam menggambar,setidaknya aku bisa membayar makan dan minum tanpa merogoh uang yang kusimpan ditas.Apalagi saat aku main trik sulap aku juga dapat minuman kaleng gratis.Pagi harinya sebelum aku meninggalkan warung aku diwajibkan melapor ke kantor polsek sebelah warung.Ada seorang Polisi yang memberi nasehat agar aku pulang dan melakukan hal yang lebih berguna daripada hanya bersepeda keliling Indonesia yang menurutnya tidak ada manfaat."Mas,ngapain capek - capek sepedaan keliling Indonesia!Lebih baik pulang,kerja cari nafkah!kata - kata yang membuatku tertegun.Belum sempat aku menjawab polisi tadi menyambung dengan sebuah kalimat yang semakin membuatku tertegun "Yang mas lakuin kan gak ada manfaatnya,paling hanya ngerepotin diri sendiri malah bisa - bisa ngerepotin keluarga sama orang lain,ya kan! Satu nasehat yang hanya aku bisa"Iyakan"walau dalam hati aku tersenyum.Aku tidak mau berdebat dengan hal - hal yang hanya membuat emosi terpancing,karena kau tahu beberapa polisi yang lain kelihatannya juga tidak senang dengan temannya yang terlihat arogan.Dan saat berpamitan aku jabat tangannya erat dan kupandang matanya kuucap"Terima kasih pak,nasehatnya." Kurasakan,dia sebenarnya ingin mengungkapkan sesuatu tapi tidak sempat keluar dari mulutnya.Kanit Reskrim menghampiriku dan berbisik"Mas jangan diambil hati,memang dia orangnya begitu." mencoba memberi semangat padaku.Aku hanya mengangguk"Tidak apa - apa pak,sebelum melakukan perjalanan ini,Saya sudah biasa dikira orang gila,dan kurang kerjaan kok,pak!"masih dengan senyum dibibirku."Mas,ini ada kaos dan jas hujan,Saya lihat kemarin mas basah kuyup waktu tiba diwarung sebelah." Memang waktu datang aku basah kuyup ,karena ponco yang kubawa,kupakai untuk menutupi tas belakang.Karena aku lupa memasukan beberapa pakaian dalam diplastik.Terpaksa ponco kugunaklan menutup tas dari guyuran hujan lebat yang datang tiba - tiba di jalanan yang tidak ada tempat untuk berteduh."Semoga barang sederhana ini bermanfaat dalam perjalanan mas nanti,sekali lagi maafkan teman saya." ucapnya.Jabatan eratnya seakan memantapkan kayuhanku walau sebagian orang masih meragukan niat keliling Indonesia yamh kulakukan.......................masih lanjut..pokoknya ikuti terus ya

No comments:

Post a Comment