Tuesday, March 4, 2014

lanjutan bersepeda keliling indonesia 12



   Setelah mengayuh sejauh tidak lebih dari 30 Km dalam sehari dengan beberapa kerusakan sepeda dan harus menggunakan lampu senter  di jalan yang gelap menuju Tumbangtiti adalah perjalanan terpendek dan menguras tenaga dalam perjalannanku kali ini.Jam 21.00 aku sampai di Pos polisi Tumbangtiti yang hanya ada 2 personil jaga malam itu.Dan aku disambut seoarang anak muda yang duduk di pintu masuk  pos,dengan jalan tertatih.Kedua kakinya yagng tidak normal seperti orang yang sakit polio dengan sangat semangat  mengantarku sampai bertemu salah satu polisi yang hanya mengenakan kaos T shirt dengan sablon lambang  Tribrata dibagian dada kiri.Setelah meminta ijin untuk menginap semalam di pos  aku di ajak Santo si pemuda yang menyambutku ke  rumah kayu deket pos .Aku senang saat Santo mengenalkan dirinya “Mas,namaku Santo,lahir dan besar disini “kata Santo dengan semangat.”Mas kalau mau mandi dibelakang ada air di drum,nanti kalau sudah mandi kita ngobrol ya!” sambil berlalu tanpa ingin tahu siapa namaku.Belum lagi aku mau ambil peralatan mandi di tas yang  aku taruh di teras terdengar teriakan Santo di dekat pos “Mas ,sepedanya Aku bawa kerumah aja ya!”...Oke !jawabku spontan sambil turun menuju sepeda yang kuparkir di samping pos .Aku akan malu jika sampai Santo dengan susah payah harus mendorong sepedaku dari Pos sampai ke rumah .”Ah mas ,kan Aku ingin dorong sepedanya mas!”kata nya saat aku minta sepeda yang Santo pegang.”Tenang aja Nto,sepedanya berat ,besok klo mas sudah benerin sepeda, kamu boleh kok naik sepeda ini”jawabku sambil mencoba mengangkat sepeda.
“Wah berat ya mas!”kata Santo sambil mencoba mengangkat bagian belakang sepeda.
“Nto ,kamu gak ingin tahu nama mas?”pertanyaan konyol  yang membuat  Santo tersenyum.
“Iya,mas namanya siapa ?”tanyanya tetap dengan Senyum.
“Gunawan Setianto”jawabku lengkap.
“Wah namanya belakangnya  hampir sama Mas!”teriak Santo terlihat gembira.
Setelah kuparkir dan kukunci sepeda aku mandi dan lanjut ngobrol lagi sama Santo samapi hampir jam 02.00 malam.Baru kutahu kenapa kaki Anto cacat,dia bilang sewaktu kecil pernah jatuh dari pohon kelapa.Dia sering tidur di Pos polisi dan akhirnya malah sering bantu bantu di pos polisi .
       Pagi hari Jum’at 6 Agustus, saat bangun kulihat Santo sudah menyapu halaman ,walau dengan kaki cacat dia begitu menikmati pekerjaannya.Sehabis minum teh hangat buatan Santo,Aku mulai menservis sepeda .Jeruji – jeruji yang patah aku ganti,as dan gir juga jadi perhatianku,rem,ban depan ,semua aku periksa .Aku tidak ingin kejadian kemarin terulang lagi.Ditemani Santo membuat kerjaan menjadi asyik karena bisa ngobrol.Sekitar jam 14.00 aku sudah selesei memperbaiki kerusakan sepeda yang selalu setia menemaniku benar – benar sudah “SEHAT” Dan siap  melanjutkan perjalanan ke arah Marau .Jam tangan yang kupakai kuberikan ke Santo  sebagai kenangan.Karena sebelum pergi Santo menyempatkan memasak Ikan Haruan untuk makan siangku,...(Thanks SANTO)
       Jalur jalur datar tidak banyak tanjakan, masih banyak melewati perkampungan dayak dan lebih sering melewati kuburan kembali kulalui.Perkampungan dengan rumah – rumah panggung terbuat dari kayu dengan babi – babi kecil  dan anjing berkeliaran di halaman rumah menjadi pemandangan  yang mulai biasa untukku.Beberapa Gereja kecil juga sering aku lihat ,menandakan mayoritas penduduk menganut Agama Nasrani.Aku juga sering menemukan sesaji dipinggir atau diperempatan jalan atau dipohon pohon besar seperti yang banyak kulihat di pulau Bali.Menurut cerita beberapa orang dayak yang kutemui di sebuah warung kecil saat aku istirahat minum teh