Tuesday, January 27, 2009

bersepeda keliling indonesia {lanjutan 3}




Matahari tepat diatas kepala waktu Aku memasuki pintu gerbang kota Jambi.Dikota yang berlambang Dua angsa kembar kususuri tepian sungai Batanghari yang berair kecoklatan mempunyai pantai sungai yang punya nama sama dengan pantai yang terkenal di Jakarta,Pantai Ancol.Jika matahari tlah tenggelam di ufuk barat kegiatan kegiatan mulai semarak ditepian pantai,gerobak- gerobak penjual aneka jajanan dari jagung bakar,bakso hingga warung makan lengkap dengan hiasan lampu warna - warni menambah semarak suasana.Tepian Batanghari termasuk kawasan favorit masyarakat Jambi untuk menghabiskan waktu santai setelah seharian bekerja.Kulihat banyak anak- anak muda duduk bergerombol dan terdengar suara canda tawa,atau satu keluarga yang menikmati jagung bakar di sebuah warung kecil tanpa atap ditrotoar.Atau beberapa pasangan muda - mudi yang memilih tempat yang agak jauh dari keramaian yang sedikit termaram cahaya lampunya,meraka terlihat mesra saling berdampingan membicarakan cinta mereka memberi warna tersendiri suasana "pantai".
Selain menghabiskan waktu keliling kota kusempatkan mengobrol dengan keluarga pak Sukasman tempatku menginap,terutama dengan mas Fahmi yang seorang lulusan Pesantren Gontor Jawa Timur.Cerita sejarah kota Jambi sampai pengalamannya hidup selama dipesantren menambah keakraban dimalam yang sedikit dingin.Atau saat aku dikenalkan dengan bapaknya yang pernah hidup bersama suku Kubu di pedalam hutan Jambi.Mendengarkan cerita sekitar Suku Kubu dari orang yang pernah tinggal bersama mereka di hutan adalah sesuatu yang menarik hingga lupa kalau waktu tlah begitu larut.Banyak suku Kubu yang kehilangan wilayah tanah karena banyaknya perusahaan- perusahaan pemegang ijin HPH yang membodohi mereka dengan surat surat perjanjian yang tidak mereka mengerti.Sebagian besar anggota suku kubu tidak bisa membaca dan menulis,bagi mereka hidup sederhana dan bertahan hidup dari alam sudah menjadi warisan turun temurun yang mereka pertahankan hingga sekarang.Mereka memperlakukan dan menghormati alam sebagaimana mestinya,mengambil dan survive dari hutan tanpa merusak hutan itu sendiri.
Pagi hari setelah memeriksa kondisi sepeda kembali kutinggalkan orang - orang yang ramah dan baik hati dari sekian minggu perjalananku,satu keluarga yang tidak aku kenal tapi memberikan rasa persaudaraan yang begitu tulus.Dari jabat tangan dan lambaian perpisahan dengan harapan akan bertemu kembali,entah kapan namun harapan itu selalu ada dihatiku.Kayuhan menyusuri bantaran Batanghari disiang yang mendung,dan beberapa jam kemudian hujan lebat di dekat kantor Polres Sengeti yang masih baru,terlihat dari warna cat tembok dan atap yang bersih serta beberapa bekas pengerjaan bangunan.Hujan yang begitu lebat memaksaku berhenti dan istirahat di pos polisi walau waktu masih jam 17.oo wib.Hujan lebat yang diikuti petir hingga beberapa jam lamanya akhirnya kupustuskan menginapa di mushola belakang pos.Melihat pertandingan sepakbola piala Eropa ditelevisi diruang Provost dengan beberapa anggota polisi dan 2 tahanan luar membuat rasa lelah hilang.Di sela jeda pertandingan sepakbola mereka ingin melihat trik - trik sulap yang semakin menambah mereka penasaran.Sementara di jalan depan pos masih terlihat beberapa anggota polisi yang berjaga dan sesekali menghentikan laju truk - truk pengankut kayu glondong atau truk pengankut kelapa sawit yang terlihat melebihi kapsitas muatan.Tidak ada pemeriksaan syrat - surat kelengkapan kendaraan,yang kulihat hanya salam tempel dan truk kembali melaju.Hal ini juga aku lihat sewaktu makan malam diwarung bersama polisi - polisi muda yang rata - rata berpangkat sersan dua,mereka menghentikan laju truk hanya untuk mendapatkan salam tempel dari sang sopir truk kemudian kembali kewarung melanjutkan permainan kartu domino dan minum kopi yang mereka pesan.Yang membuatku tersenyum sekaligus menggelengkan kepala saat mereka terkesan terburu - buru lari kehalaman depan pos polisi kala ada tanda untuk melakukan apel di pagi hari saat mereka masih sarapan diwarung.Mereka berlari tanpa sempat memakan atau minum pesanan mereka,seakan tanda panggilan itu sudah tertanam dikepala mereka sebagai satu hal yang harus segera di laksanakan.Yang Kutahu pagi sesudah sholat subuh ada satu anggota polisi muda memgalami kecelakaan saat mengejar truk pengankut kayu dengan mobil patroli.Aku juga mendengar suara dentuman mobil menabrak sesuatu di pagi yang basah karena gerimis.Dari cerita teman yang tahanan luar yang juga tidur dimushola,mobil patroli itu tergelincir dari jalan yang licin dan terguling sampai masuk got pinggir jalan. Sebelum pergi dari polres aku sempat mendapat pesanan kartu ucapan dari beberapa anggota polisi,dan salah satu anggota muda yang berpangkat letnan,Dia membayar lebih dari harga yang biasa aku dapat dari pemesan lainnya.
Belum ada 1 km aku mengayuh,ban depan bocor tertusuk tanduk serangga pohon kelapa yang mengharuskanku mendorong sejauh 1 km di jalan menanjak ke sebuah bengkell tambal ban orang Batak yang juga membuka warung kecil menjual makanan dan minuman ringan serta rokok.Selesei ditambal kulanjutkan kayuhanku dengan semangat,tetapi baru sekitar 5 km ban depan kembali kempes,mungkin sewaktu menambal tadi kurang teliti sehingga terjadi bocor lagi.Beruntung 500 m didepan ada tukang tambal ban.Perjalanan dijalur sempit penuh tanjakan dan turunan tajam sepanjang 70 km sampai Merlung dan sering berpapasan dengan truk - truk pengankut kayu glondong atau kelapa sawit membuatku untuk lebih berhati - hati.Aku tidak ingin hal - hal konyol terjadi di jalan yang sepi,apalagi berurusa dengan sopir - sopir truk yang terkadang ugal - ugalan dijalan.Sempat kudorong sepeda karena jalanan menanjak tajam di tugu perbatasan antara Jambi dan Riau.Hujan deras selama satu jam dari Merlung menuju Selensen,type jalanan masih sama sampai perbatasan Pangkalan Reba hanya 30 km sebelum masuk kota jalan datar dan sudah aspal hotmix.Cuaca yang berbeda dari Merlung,di P.Reba begitu panas membuat kerongkongan terasa kering dan cepat haus.Jalur yang lumayan berat dengan track naik turun melewati hutan karet dan perkebunan sawit kembali ku lalui menuju Pangkalan Kerinci.10 km sebelum masuk kota jalanan berdebu dan rusak parah hingga antrian kendaraan begitu panjang.Bermalam di mushola yang penuh nyamuk yang dahaga akan darah seolah Aku adalah seonggok batang yang menyediakan menu istimewa mereka atau pendonor yang suka rela menyerahkan darah untuk disumbangkan.Hanya rasa lelah dan mengantuk setelah hampir 130 km mengayuh sepeda dan malam sebelumnya menonton semifinal Piala Eropa antara Jerman versus Ceko sampai pagi akhirnya membuatku tidak lagi merasakan gigitan - gigitan nyamuk yang menghisap darahku.Dari P.Kerinci menuju Pekanbaru masih melintasi daerah kebun sawit sekitar 40 km jalanan masih naik turun tapi selebihnya jalanan datar dan beraspal bagus.Sering sekali penjual sayur yang mengendarai sepeda motor dengan keranjang penuh dagangan melaju kencang mendahuluiku.Beruntung perjalanan menuju Riau tidak terganggu dengan asap akibat kebakaran hutan,karena berita yang kudengar sewaktu masih di Palembang terjadi polusi udara karena asap kebakaran hutan di daerah Riau.Dari yang kulihat di alat pengukur tingkat polusi udara yang ada dipinggir jalan utama dekat kantor Gubernur,udara sekitar riau masih dalam status aman.............masih panjang lanjutannya sobat.... ikuti terus aja

1 comment: