Friday, February 13, 2009

bersepeda keliling indonesia{lanjutan 9 }


Asyiknya makan bersama dalam satu wadah besar dengan anak - anak mapala untan dan bermain trik sulap membuat keakraban dengan mereka cepat terjalin.Aku juga mencari uang tambahan dengan berjualan kartu ucapan di acara wisuda mahasiswa Untan diAuditorium dibantu Robert dan David gondrong.robert jadi sales sementara Aku mengggambar setiap pesanan yang Dia dapat.
Beruntung Aku disini memgendarai sepeda kayuh,karena di Pontianak saat ini mengalami kelangkaan BBm,kalaupun ada pasti dijual dengan harga diatas normal.
Sperti cerita beberapa teman yang mengeluhkan harga bensin bisa mencapai harga Rp.15000,- perliter.Padahal harga resmi di pom bensin hanya Rp.2.500,-.Satu harga yang jauh mahal dibanding harga durian yang aku nikmati bersama Komeng,David,dan Robert sehari sebelum Kutinngalkan Ponti.
Satu makanan khas Ponti yang belum Kunikmati yang berbahan durian hanyalah "tempoyak".Satu makanan dari durian yang diawetkan dengan garam dan biasa untuk bumbu tambahan memasak atau lansung dimakan dengan nasi bahkan dicampur dengan sambal.
Waktu terasa cepat berlalu selama di ponti,senin sore setelah mengecek kelengkapan sepeda kulanjutkan perjalanan menuju dermaga Rassau sekitar 30 km melewati jalan sempit yang beraspal rusak dan banyak tergenang air dari kota Ponti.Setelah membeli tiket kapal sungai seharga Rp.24.000,- beberapa menit kemudian David dan robert menyusul ke Rassau mengajak kerumah kakeknya,karena menunggu keberangkatan kapal masih satu setengah jam lagi.Berada dirumah sederhana bertemu dengan mbah Parto siswoyo yang sudah berumur 72 tahun dan selalu menggunakan bahasa Krama halus setiap berbicara padaku membuatku seakan masih berada dikampung Klaten."Nak,menawi sampeyan pinanggih tiyang dayak teng mergi lajeng dipun tawari punapa mawon sampeyan tampi nggih"pesan mbah Parto."Amargi tiyang Dayak,pitadhos kalih namine Kapuhunan"terang mabah Parto masih dengan logat Jawa kental.
Padahal beliau sudah puluhan tahun tinggal di kalimantan sebagai anggota Pengawas transmigran yang pertama disini.
"Kapuhunan" adalah bila kita menolak pemberian dari seseorang ,sesuatu yang buruk akan menimpa kita.Makanya mbah Parto berprsankita tidak boleh menolak pemberian orang untuk menghormati orang yang memberi.Jikapun kita menolak pemberian,kita masih harus dengan tatakrama yang berlaku bagi orang Dayak.
Jam 16.00 aku sudah memarkir sepeda di kapal ferry dengan tulisan Palung dibadan kapal yang berukuran lebih kecil dibanding kapal ferry penyebrangan laut.
Kapal mulai meninggalkan rassau menuju Teluk Betung,Kuingat jabatan erat David dan Robert disertai ucapan samapi jumpa dengan harapan kami akan bertemu kembali.
Menyusuru sungai yang penuh pohon - pohon Nipah dipinggir sepanjang perjalanan disore saat matahri membiaskan warna merah dilangit ufuk baarat serta dua ekor Elang mengepakkan sayap bercanda diangkasa membuatku seakan berada dinegeri yang damai.
Dimalam hari duduk dipinggir kapal melihat gerakkan air yang memantulkan cahaya rembulan dengan suasana sepi.Yang terdengar hanya deru mesin kapal semakinmembuat perasaan tenang dan angan ini terus memgembara mencari jawaban setiap kejadian yang menimpa dalam setiap pejalanan hidupku.Dalam benakku yakin pasti mendapat jawaban itu.
Jam 02.00 kapal sudah merapat di dermaga Teluk Betung,Aku masih bisa melanjutkan tidurku walau sebagian besar penumpang sudah turun kapal melanjutkan perjalanan dengan menyewa mobil atau ojek.......... still follow this story.........

No comments:

Post a Comment