Tuesday, January 27, 2009

bersepeda keliling indonesia {lanjutan 3}




Matahari tepat diatas kepala waktu Aku memasuki pintu gerbang kota Jambi.Dikota yang berlambang Dua angsa kembar kususuri tepian sungai Batanghari yang berair kecoklatan mempunyai pantai sungai yang punya nama sama dengan pantai yang terkenal di Jakarta,Pantai Ancol.Jika matahari tlah tenggelam di ufuk barat kegiatan kegiatan mulai semarak ditepian pantai,gerobak- gerobak penjual aneka jajanan dari jagung bakar,bakso hingga warung makan lengkap dengan hiasan lampu warna - warni menambah semarak suasana.Tepian Batanghari termasuk kawasan favorit masyarakat Jambi untuk menghabiskan waktu santai setelah seharian bekerja.Kulihat banyak anak- anak muda duduk bergerombol dan terdengar suara canda tawa,atau satu keluarga yang menikmati jagung bakar di sebuah warung kecil tanpa atap ditrotoar.Atau beberapa pasangan muda - mudi yang memilih tempat yang agak jauh dari keramaian yang sedikit termaram cahaya lampunya,meraka terlihat mesra saling berdampingan membicarakan cinta mereka memberi warna tersendiri suasana "pantai".
Selain menghabiskan waktu keliling kota kusempatkan mengobrol dengan keluarga pak Sukasman tempatku menginap,terutama dengan mas Fahmi yang seorang lulusan Pesantren Gontor Jawa Timur.Cerita sejarah kota Jambi sampai pengalamannya hidup selama dipesantren menambah keakraban dimalam yang sedikit dingin.Atau saat aku dikenalkan dengan bapaknya yang pernah hidup bersama suku Kubu di pedalam hutan Jambi.Mendengarkan cerita sekitar Suku Kubu dari orang yang pernah tinggal bersama mereka di hutan adalah sesuatu yang menarik hingga lupa kalau waktu tlah begitu larut.Banyak suku Kubu yang kehilangan wilayah tanah karena banyaknya perusahaan- perusahaan pemegang ijin HPH yang membodohi mereka dengan surat surat perjanjian yang tidak mereka mengerti.Sebagian besar anggota suku kubu tidak bisa membaca dan menulis,bagi mereka hidup sederhana dan bertahan hidup dari alam sudah menjadi warisan turun temurun yang mereka pertahankan hingga sekarang.Mereka memperlakukan dan menghormati alam sebagaimana mestinya,mengambil dan survive dari hutan tanpa merusak hutan itu sendiri.
Pagi hari setelah memeriksa kondisi sepeda kembali kutinggalkan orang - orang yang ramah dan baik hati dari sekian minggu perjalananku,satu keluarga yang tidak aku kenal tapi memberikan rasa persaudaraan yang begitu tulus.Dari jabat tangan dan lambaian perpisahan dengan harapan akan bertemu kembali,entah kapan namun harapan itu selalu ada dihatiku.Kayuhan menyusuri bantaran Batanghari disiang yang mendung,dan beberapa jam kemudian hujan lebat di dekat kantor Polres Sengeti yang masih baru,terlihat dari warna cat tembok dan atap yang bersih serta beberapa bekas pengerjaan bangunan.Hujan yang begitu lebat memaksaku berhenti dan istirahat di pos polisi walau waktu masih jam 17.oo wib.Hujan lebat yang diikuti petir hingga beberapa jam lamanya akhirnya kupustuskan menginapa di mushola belakang pos.Melihat pertandingan sepakbola piala Eropa ditelevisi diruang Provost dengan beberapa anggota polisi dan 2 tahanan luar membuat rasa lelah hilang.Di sela jeda pertandingan sepakbola mereka ingin melihat trik - trik sulap yang semakin menambah mereka penasaran.Sementara di jalan depan pos masih terlihat beberapa anggota polisi yang berjaga dan sesekali menghentikan laju truk - truk pengankut kayu glondong atau truk pengankut kelapa sawit yang terlihat melebihi kapsitas muatan.Tidak ada pemeriksaan syrat - surat kelengkapan kendaraan,yang kulihat hanya salam tempel dan truk kembali melaju.Hal ini juga aku lihat sewaktu makan malam diwarung bersama polisi - polisi muda yang rata - rata berpangkat sersan dua,mereka menghentikan laju truk hanya untuk mendapatkan salam tempel dari sang sopir truk kemudian kembali kewarung melanjutkan permainan kartu domino dan minum kopi yang mereka pesan.Yang membuatku tersenyum sekaligus menggelengkan kepala saat mereka terkesan terburu - buru lari kehalaman depan pos polisi kala ada tanda untuk melakukan apel di pagi hari saat mereka masih sarapan diwarung.Mereka berlari tanpa sempat memakan atau minum pesanan mereka,seakan tanda panggilan itu sudah tertanam dikepala mereka sebagai satu hal yang harus segera di laksanakan.Yang Kutahu pagi sesudah sholat subuh ada satu anggota polisi muda memgalami kecelakaan saat mengejar truk pengankut kayu dengan mobil patroli.Aku juga mendengar suara dentuman mobil menabrak sesuatu di pagi yang basah karena gerimis.Dari cerita teman yang tahanan luar yang juga tidur dimushola,mobil patroli itu tergelincir dari jalan yang licin dan terguling sampai masuk got pinggir jalan. Sebelum pergi dari polres aku sempat mendapat pesanan kartu ucapan dari beberapa anggota polisi,dan salah satu anggota muda yang berpangkat letnan,Dia membayar lebih dari harga yang biasa aku dapat dari pemesan lainnya.
Belum ada 1 km aku mengayuh,ban depan bocor tertusuk tanduk serangga pohon kelapa yang mengharuskanku mendorong sejauh 1 km di jalan menanjak ke sebuah bengkell tambal ban orang Batak yang juga membuka warung kecil menjual makanan dan minuman ringan serta rokok.Selesei ditambal kulanjutkan kayuhanku dengan semangat,tetapi baru sekitar 5 km ban depan kembali kempes,mungkin sewaktu menambal tadi kurang teliti sehingga terjadi bocor lagi.Beruntung 500 m didepan ada tukang tambal ban.Perjalanan dijalur sempit penuh tanjakan dan turunan tajam sepanjang 70 km sampai Merlung dan sering berpapasan dengan truk - truk pengankut kayu glondong atau kelapa sawit membuatku untuk lebih berhati - hati.Aku tidak ingin hal - hal konyol terjadi di jalan yang sepi,apalagi berurusa dengan sopir - sopir truk yang terkadang ugal - ugalan dijalan.Sempat kudorong sepeda karena jalanan menanjak tajam di tugu perbatasan antara Jambi dan Riau.Hujan deras selama satu jam dari Merlung menuju Selensen,type jalanan masih sama sampai perbatasan Pangkalan Reba hanya 30 km sebelum masuk kota jalan datar dan sudah aspal hotmix.Cuaca yang berbeda dari Merlung,di P.Reba begitu panas membuat kerongkongan terasa kering dan cepat haus.Jalur yang lumayan berat dengan track naik turun melewati hutan karet dan perkebunan sawit kembali ku lalui menuju Pangkalan Kerinci.10 km sebelum masuk kota jalanan berdebu dan rusak parah hingga antrian kendaraan begitu panjang.Bermalam di mushola yang penuh nyamuk yang dahaga akan darah seolah Aku adalah seonggok batang yang menyediakan menu istimewa mereka atau pendonor yang suka rela menyerahkan darah untuk disumbangkan.Hanya rasa lelah dan mengantuk setelah hampir 130 km mengayuh sepeda dan malam sebelumnya menonton semifinal Piala Eropa antara Jerman versus Ceko sampai pagi akhirnya membuatku tidak lagi merasakan gigitan - gigitan nyamuk yang menghisap darahku.Dari P.Kerinci menuju Pekanbaru masih melintasi daerah kebun sawit sekitar 40 km jalanan masih naik turun tapi selebihnya jalanan datar dan beraspal bagus.Sering sekali penjual sayur yang mengendarai sepeda motor dengan keranjang penuh dagangan melaju kencang mendahuluiku.Beruntung perjalanan menuju Riau tidak terganggu dengan asap akibat kebakaran hutan,karena berita yang kudengar sewaktu masih di Palembang terjadi polusi udara karena asap kebakaran hutan di daerah Riau.Dari yang kulihat di alat pengukur tingkat polusi udara yang ada dipinggir jalan utama dekat kantor Gubernur,udara sekitar riau masih dalam status aman.............masih panjang lanjutannya sobat.... ikuti terus aja

Friday, January 23, 2009

MERAPI ama mas Michael n Friends








Klaten Dapat telpon dari Mas Michael Seorang teman dari Australia yang menjadi relawan sewaktu menangani Gempa di Klaten dan Jogja yang ingin mencoba menikmati view Merapi,membuatku semangat mempersiapkan segala sesuatu kebutuhan untuk kembali naik gunung teraktif di dunia.Gunung yang terakhir meletus terakhir tahun 2006 bersamaan dengan Gempa yang meluluh lantakan sebagian daerah Klaten dan Jogja yang juga memakan korban ribuan jiwa.
Aku menyarankan untuk mengawali perjalanan dari lereng Deles yang masih area Kabupaten untuk melihat jalur lava dan sisa - sisa bekas erupsi 2 tahun yang lalu.Jalur dimana 'Wedus Gembel"turun dengan hawa panas yang luar biasa yang menyebabkan 2 relawan tewas dalam sebuah tunel penyelamat.Sayang karena mas Michael memilih jalur dari Selo Boyolali karena ada beberapa teman dari Canada juga ikut dalam rombongan,jadi dia hanya ingin melihat view Merapi melewati jalur yang biasa didaki oleh kalayak umum.memang jalur sangat berbeda jika melewati jalur DELES dan SELO,bekas - bekas Erupsi akan lebih sulit di lewati.Karena jalur Deles yang biasa dilewati sudah rusak parah.Bahkan beberapa pos yang dibuat oleh anak- anak anggota GAM" Gabungan Anak Merapi juga sudah raib ditelan ganasnya Wedus Gembel.
Jam 15.oo langkah kaki perjalanan Kami mulai dari Selo,melewati jalur perkebunan tembakau dan kol.Langkah - langkah kami tetap stabil walau melewati jalur berbatu dan berdebu dengan sedikit sekali waktu istirahat.Kami istirahat hanya dikarenakan melihat view yang menakjubkan kearah gunung Merbabu yang hanya bersebelahan dengan Merapi.Beberapa jepretan Kamera mengabadikan Keindahan Alam.Tak henti - hentinya sering kudengar ucapan "wow"dari Andrew karena terpesona dengan view yang dia lihat.
Menjelang Magrib rombongan kecil kami sudah berada di PASAR BUBRAH,setelah mendirikan tenda dan memasak air untuk membuat kopi Kami Istirahat.Biasanya pendaki - pendaki lokal memulai perjalanan pada malam hari dan sampai di puncak pada pagi harinya.Karena permintaan Andrew yang ingin menikmati perjalanan siang hari jadi sesampainya di Pasar Bubrah kami harus mendirikan tenda,dan melanjutkan perjalanan ke puncak jam 02.00 atau jam 03.00 untuk menikmati Sunrise. Sebenarnya untuk melanjutkan perjalanan sampai kepuncak tinggal 2,5 jam lagi.Sayang aku tidak bisa mengantar mereka sampai puncak,karena aku keracunan garang Asem yang aku makan sewaktu di Boyolali.Masih beruntung aku mampu melanjutkan perjalanan sampai ke pasar bubrah...sampai - sampai Michael bilang "Goen,kamu benar- benar orang gila yang aku kenal".Aku merasakan isi perut yang seperti dikocok,dan akhirnya muntah hingga tak tersisa apapun dalam perut.Setelah minum jahe panas dan obat yang aku bawa pagi hari kondisiku sudah membaik.Aku baru sadar sewaktu makan diwarung ternyata aku satu - satunya orang yang menyantap ayam garang asem,karena semua makan nasi soto.Sambil menunggu Michael dan rombongan kecilnya turun dari puncak kubuat minuman dan roti bakar bersama Lintang seorang teman yang sama - sama punya hobby naik gunung.Jam 9.oo pagi kami sudah berkumpul kemabali di tenda,dan berkemas untuk melanjutkan perjalan turun ke base camp.Tidak butuh waktu lama kami sudah berada dibasecamp walau masih melewati jalur yang berdebu.Dan beberapakali kulihat Michael yang sempat terjatuh karena lelah atau karena tersandung batu kecil saat melewati jalur yang menurun tajam.Sebuah perjalanan yang singkat tapi tak pernah akan dilupakan oleh mereka.Bahkan Michael berjanji akan datang lagi ke Merapi untuk mendaki melewati jalur dari Deles.Mereka begitu terkesima akan panorama Merapi,Dan sempat menjuluki Crazy man,karena dalam kondisi sakit aku masih mampu berjalan jauh.Bahkan masih bisa menolong Michael yang sering kehilangan keseimbangan tubuh karena kelelahan.Aku sadar dalam kondisi sesakit apapun aku tidak boleh mengeluh,karena sakit yang sebenarnya adalah saat dimana kita hanya bisa mengeluh.Walau aku juga tahu bahwa mendaki gunung harus dalam kondisi fisik yang prima.

Wednesday, January 21, 2009

bersepeda keliling indonesia{lanjutan 2}


Aku tidak ingin berlama - lama berada di pondok bersama anak - anak muda yang sedang pesta minuman keras.Terlebih ada beberapa anak yang sudah tidak bisa mengontrol emosi dan sering berbuat dan bertanya seenaknya tanpa mempedulikan perasaan orang lain.Tapi aku masih bisa bernafas lega karena di komunitas seperti itu masih ada seorang yang punya jiwa besar untuk menghormati orang lain yang sedang melakukan perjalanan jauh sepertiku. Kembali Kukayuh pedal sepeda dari Batu Raja masih melewati jalur perkebunan sawit dan karet.Sering Kulihat truk - truk berjalan pelan dengan suara mesin menderu di jalan yang berdebu, seakan gas diinjak keras karena syarat muatan kayu menuju Prabumulih.Memasuki Prabumulih mulai banyak rumah - rumah panggung disetiap perkampungan,Aku istirahat di masjid Istiqomah desa Tanjung Kraman sekalian sholat Ashar.Kedatanganku menjadi perhatian anak - anak kecil yang belajar mengaji,sebagian mereka melihat - lihat dan memegang megang sepeda yang Kuparkir di halaman masjid.Bahkan guru mengajinya juga menyempatkan untuk mengobrol denganku selepas sholat.Ibu yang berjilbab dan punya wajah khas Melayu ini bercerita tentang daerah yang dia tinggali,dari mayarakat yang 90% berpenghasilan dari menderes karet atau dari hasil perkebunan kelapa sawit.Jadi tidak mengherankan dengan apa yang Kulihat selama perjalanan menyusuri jalur perkebunan karet dan sawit.Sering juga aku melihat karet - karet mentah yang direndam disungai yang menimbulkan aroma yang menyengat.Dengan wajah yang serius ibu guru ngaji tadi bercerita bagaiman kehidupan petani yang hidup pas - pasan walau sehabis panen,karena banyaknya para tengkulak yang mempermainkan harga karet mentah.Aku melihat sendiri bagaimana susahnya mendapatkan getah karet,mereka harus menyisir batabg karet dari satu pohon ke pohon satunya untuk memasang botol - botol aqua yang sudah dipotong bagian atasnya dan diberi tali yang dilingkarkan dipohon sebagai penadah getah karet.Kemudian mengambil kembali potongan botol tadi setelah penuh dan dimasukan ke ember besar yang digantungkan dipundaknya.Padahal jumlah pohon bukan hanya puluhan atau ratusan batang,ada ribuan pohon yang harus diperhatikan.Mereka harus berjalan kaki di medan yang berbuki - bukit setiap hari.Sebenarnya mereka juga punya perkumpulan petani karet seperti koperasi tapi masih jga para tengkulak bisa mempermainkan harga.Tak terasa 1 jam aku sudah berada berada di masjid dan berbagi cerita dengan anak - anak dan ibu berjilbab,beberapa gambar kuabadika bersama mereka sebelum akhirnya aku mengucap assallamualaikum tanda perpisahan dan melanjutkan kayuhanku.
Pagi hari setelah semalam menginap di Prabumulih Ku kayuh sepeda melintasi jalur lurus dengan rawa disamping kanan dan kiri yang ditumbuhi alang alang yang sebagian menghitam karena terbakar sewaktu menuju Kota Palembang.Panas matahari begitu menyengat sampai kulit terasa perih,beruntung jalanan banyak menurun jadi tidak begitu menguras tenaga.sebelum memasuki Jembatan Ampera ban belakang tertusuk paku yang lumayan besar dan untuk pertama kalinya aku harus menambal ban selama perjalanan ini.Menambal ban bagian belakang agak terasa sulit dengan tas dan box diatas roda,dibantu pak Nuri yang sudah berumur 60-an tahun pemilik bengkel menjadikan pekerjaakn menambal lebih ringan.Aku harus melepas tas dan box terlebih dahulu baru bisa mengeluar kan ban untuk ditambal. selesei menambal beliau tidak mau menerima ongkos yang Kuberikan,bahkan sempat kutinggalkan uang itu di meja pak Nuri dengan wajah serius mengembalikan uang itu ke dalam tasku.Sebagai balas budi keikhklasannya,kubuatkan souvenir lukisan dari kertas photo dan kugoreskan nama cucunya.Senyum ikhlas jelas terlihat dari wajahnya dan tatapan bahagia saat kuberikan selembar kertas hasil goresanku sebagai kenangan sekaligus ucapan terimakasih karena sudah menolongku.
Jembatan "AMPERA"berdiri kokoh dengan warna merah menyala diatas sungai MUSI yang terkenal,seakan menyambutku di kota Bari yang cukup ramai dengan aktifitas penduduknya yang padat.dibawah jembatan terapung perahu - perahu kecil melintas diarus sungai yang tenang,ditepian banyak kulihat anak - anak kecil telanjang berenang saling berebut bola bagai pemain polo air dalam sebuah pertandingan.Mereka tertawa lepas seakan hidup ini tiada beban yang harus di pikul dipundaknya.hidup mesti dinikmati.Kota Kerajaan sriwijaya yang Agung semakin membuatku mempunyai pandangan yang berbeda tentang pulau Andalas ,sebelumnya aku berpikir Sumatera adalah pulau yang sepi dan lebih banyak hutan serta belim ada kemewahan seperti kota - kota besar di Jawa,sekarang sebagian sudah terjawab.Dengan fasilitas yang ada di kota Palembang walauoun belum selengkap kota - kota di Jawa minimal tidak seperti bayanganku.Mungkin bayangan- bayangan ataupun pikiran pikiran stereotipe ini muncul hanya karena mendengar cerita - cerita dari orang lain yang mungkin saja mereka juga mendengar dari orang lain dan belum pernah datang sendiri ke Sumatera.Sore hari kunikmati empek - empek,makanan khas Palembang yang terbuat dari ikan yang digiling dicampur tepung dengan bumbu - bumbu khas kemudian dikukus baru digoreng,disajikan dengan saus kecap pedas semakin menambah selera makan.Hampir setiap hari selama memasuki pulau Sumatera menu yang kumakan rata - rata terasa pedas di lidah.Sebagai orang Jawa yang terbiasa makan makanan yang manis dan belum terbiasa makan makanan yang pedas - pedas sempat membuatku diare.Beruntung di Palembang aku menginapa dirumah Budeku yang sudah menetap selama hampir 40 tahun mendampingi suami bertugas sebagai tentara,walaupun suaminya sudah meninggal karena menjalankan tugas negara Bude tidak pulang ke Jawa tapi memilih tinggal di Palebang.Istirahat selama dua hari tanpa aktifitas yang berat membantu pemulihan kesehatan,bermain playstation bersama kakak sepupu atau membalas SMS dari temandan saudara di Jawa yang selalu memberikan Support selama aku melakukan perjalanan.Sehari sebelum melanjutkan perjalanan,servis sepeda mungkin satu penting yang harus aku lakukan,mengganti jeruji yang patah,stel roda,dan mengecek beberapa bagian sepeda yang rentan kerusakan.Apalagi dari informasi yang aku kumpulkan jalur menuju Jambi banyak sekali tanjakan dan penurunan tajam serta beberapa jalur yang rusak parah.
Jum'at 25 Juni Kutinggalkan Kota Palembang menuju Jambi melewati rute Musi Banyuasin,kota kabupaten yang baru dresmikan beberapa tahu yang lalu.Menjelang maghrib suasan gelap memasuki pinggiran hutan Babat,ban belakang kembali bocor.Terpaksa aku dorong hingga menemukan pos Polhut yang sudah dalam kondisi memprihatinkan,beratap seng yang sudah usang penuh lubang dan karat,jendela yang hanya ditutup papan seadanya,kamar mandi yang sudah tidak terpakai lagidan beraroma begitu menyengat.Sewaktu mandi harus diluar kamar mandi dengan mengisi ember keci dengan air tadah hujan di tandon sebuah drum besar yang terlihat kotor.Sebelum mandi aku harus menambal dengan peralatan yang sudah Ku persiapan untuk hal - hal seperti ini.Selam menambal kuperhatikan Dua orana anggota Polhut sibuk memeriksa kelengkapan surat t truk - truk pengankut kayu.Di jalur yang sempit dan gelap melintas konvoi truk pengangkut kayu dan bus yang melaju dengan kecepatan tinggi,satu konvoi minimal 6 atau 8 mobil.Dari pak Syamsu yang sudah bertahun - tahun sebagai polhut aku jadi tahu banyak terjadi perampokan mobil di daerah ini.apalagi mobil yang melaju sendirian tanpa konvoi sering jadi sasaran empuk "Bajing Lompat" sebutan perampok yang sangat lihai merampok mobil walaupin mobil tadi dalam kondisi melaju cepat.Mungkin cerita itu benar,melihat kelengkapan senjata yang dipakai Polhutdengan senjata semi otomats selalu ditangan.Tanpa senjata yang memadai mereka akan kewalahan bila menghadapi para Bajing Loncat yang sekali melakukan aksi perampokan bisa berjumlah puluhan orang.Pagi hari baru Aku bisa mengambil hikmah mengapa tadi malam aku mengalami ban bocor dipinggir hutan bukanya ditengah hutan dengan kondisi jalan yang naik turun,dan jika kendaran besar lewat menyisakan debu - debu yang menghalangi pandangan dan jalu penuh kerikil - kerikil menambah berat jalur yang kulewati ditambah sepi penduduk.Aku membayangkan sendainya aku melewati jalur ini dimalam hari,mungkin akn lebih susah daripada hanya menambal ban.Walau disiang hari panas matahari tetap menyengat akan lebih mudah ditempuh siang hari daripada malam hari,belum lagi jika konvoi kendaraan - kendaraan besar melintas pasti akan lebih berbahaya.Memasuki daerah Sungai Lilin aku istirahat di Masjid Agung dan sholat,masjid yang terasa sejuk disiang yang panasaku bertemu satu keluarga dari Jambi yang menawarkan makan siang bersama,mereka juga dalm perjalan dari Palembang menuju Jambi. Menikmati makanan bersama orang- orang yang ikhlas membagikan sedikit rejekinya kepadaku membuat rasa lapar diperut hilang seketika.Mereka juga menawarkan untuk menginap dirumahnya kalau Aku sudah sampai di Jambi sambil memberikan sebuah kertas bertuliskan alamat.
Menjelang maghrib aku memasuki pinggiran hutan Bayung Lincir,Kulihat kelelawar dengan ukuran besar - besar terbang memenuhi langit yang sudah berwarna hitam gelap karena mendung.Dengan bentangan sayap kira - kira 60 cm atau 80 cm memberikan pemandangan yang menakjuban,yang selama ini hanya aku lihat di tayangan Flora dan Fauna di layar Televisi.Menurut masyarakat sekitar termasuk hama,karena merusak tanaman perkebunan dan memakan buah - buahan yang ada disekitar pinggiran hutan.Ku lihat satu pohon besar dipenuhi ratusan kelelawar bergelantungan di dahan - dahan dengan suara decitan keras seolah merebutkan dahan tempat bergelantung. Langit semakin hitam menambah suasana gelap begitu terasa dimalam yang terasa dingin.Jam di handphone Siemen ME 45 menunjuk angka 20.35 Wib saat aku istirahat sambil membalas Sms - Sms yang masuk hari ini di parkiran depan polsek Bayung Lincir.Hujan deras dsertai petir akhirnya menghantarkanku ke alam mimpi karena perjalanan hari ini begitu menguras tenaga,tanpa sempat memikirkan cerita para personil polisi yang bertugas ,kalau ruangan dibelakang pos tempat Aku istirahat ada penunggunya atau hantu.Yang Kutahu hantu atau jin tidak akan mudah menampakkan diri dihadapan manusia.Karena jika mereka menampakkan diri membutuhkan energi yang bisa membinasakan mereka sendiri.Lagi pula hanya orang - orang tertentu yang dkarunia kekuatan oleh Allah yang bisa melihat hal Gaib.
Bangun pagi dengan semangat baru ditambah udara sejuk dan aroma tanah yang habis tersiram air hujan semalam memberikan tenaga extra untuk melanjutkan kayuhan - kayuhanku menuju jambi yang tinggal 80 km lagi.Jalanan datar dengan aspal yang halus di jalur yang tidak padat kendaraan kudengarkan alunan suara BOB MARLEY dengan "No Woman No Cry"nya di walkman yang kubeli di Cilegon seharga rp.300.000,- menambah perasan santai perrjalananku.Seakan kesempatan hidup yang kedua telah diberikan Allah untukku benar - benar aku nikmati.Sampai detik ini masih teringat asat - saat aku harus terbaring sakit tanpa daya dipembaringan selam 4 bulan dan harus terapi penyembuhan hampir satu tahun.masa - masa dimana aku harus berjuang mengalahkan rasa sakit yang hampir mengalahkan jiwa survivek.Penyakit karena keteledoranku sendiri yang tidak hati - hati dalam melakukan pekerjaan.Pekerjaan yang mengharuskanku menghisap bahan - bahan kimia tanpa menggunakan alat pengaman yang akhirnya mempengaruhi kerja organ paru - paru.......masih ada lanjutannya ................

Tuesday, January 20, 2009

bersepeda keliling indonesia{lanjutan}






jalur yang masih relatif datar dan cuaca tidak begitu begitu panas mengantarkanku memasuki area Candi Borobudur,sebuah candi Budha yang termasuk salah satu Tujuh Keajaiban dunia.Sebuah keberuntungan sat datang bersamaan dengan persiapan upacara Waisak.Aku melihat kesibukan yang ada di sekitar candi,para biksu dan biksuni yang memakai pakaian serba kuning melakukan doa bersama seperti melihat upacara - upacara keagamaan di negeri Tibet yang sering aku tonton di film.banyak pengunjung yang menikmati sajian makanan yang di jual di warung,atau pasangan mudi - mudi bergandengan tangan dengan senyum bahagia,ada juga rombongan keluarga yang berteduh di bawah pohon menggelar tikar dengan makanan - makanan yang terlihat begitu nikmat saat mereka makan bersama.
Ketertarikanku akan karya - karya lukisan yang di pajang di salah satu stan pameran terbuka membuaiku hingga lupa waktu,tak terasa begitu lama aku menikmati lukisan - lukisan yang banyak di domonasi karya karya aliran realisme dan kontemporer .Yang aku tahu di Magelang ada Galeri Widayat,seorang pelukis terkenal dengan karya - karyanya yang sudah mendunia.
Masih dekat stan pameran lukisan ada tari kuda lumping yang semakin memeriahkan perayaan waisak dengan suara gamelan yang bertalu talu dan teriakan para pengiring penuh semangat mengimbangi gerak atraktif para penari membuatku juga ingin menari bersama mereka seperti saat aku menari Kuda lumping untuk pembukaan perkemahan pramuka Jambore Daerah 15 tahun yang lalu.
Jam masih menunjukan pukul 13,30 sehabis makan siang di warung tenda pinngir jalan ,kukayuh united kearah semarang melewati jalur tanjakan mayat di daerah Pring Surat memaksaku mengayuh tanpa henti,singgah di monumen Palagan Ambarawa yang banyak dikunjungi anak- anak siswa TK dan SD.Sebuah monumen yang mengingatkan kita akan perjuangan gerilya rakyat Indonesia dipimpin Jendral Soedirman merebut Kemerdekaan. Setelah puas menikmati istirahat di monumen kukayuh pedal menuju semarang.Jalanan mulai banyak jalur penurunan sampai arah Bawen,hingga sepeda bisa melaju 70 km /jam.memasuki kota Semarang kusempatkan berhenti di daerah Gombel untuk melihat pemandangan kota Semarang dari atas,ibu kota Jawa Tengah yang identik dengan banjir setiap tahun pada musim hujan,kota yang tersa begitu panas dimusim kemarau.Tapi kota dimana aku pernah tinggal selama 4 bulan dan bekerja membantu mbak Arum,satu - satunya kakak yang dekat denganku walau aku jarang bertemu Dia.Keliling kota dan bertemu teman - teman lama di Kali banteng serta dapat makan siang gratis dari pemilik kedai Siomy yang cantik karena sudah menghibur mereka dengan trik - trik sulap yang kumainkan.Di sekitar pasar Johar kusempatkan membuat tulisan "Wong Klaten"dibox sepeda untuk menandakan kalau aku orang dari Klaten.
Semalam menginap dirumah mbak arum perjalanan kulanjutkan menuju arah barat.Di Weleri aku bertemu seseorang yang membuatku kagum sekaligus salut yang mempunyai impian sama,impian untuk menjelajah Nusantara.Seseorang yang mempunyai motivasi tinggi untuk mewujudkan impiannya walau dia tidak mempunyai kesempurnaan fisik,cacat di kedua kakinya tidak menghalangi niatnya.Dengan kendaraan roda tiga mirip becak yang sudah dimodifikasi.Pedal dipasang di bagian depan atas sejajar dengan tangan memudahkan dia menggerakkan dengan kedua tangannya yang terlihat kuat dan kokoh."Pak Sigit"sebutnya saat mengulurkan tangan menjabat erat tanganku.Orang Blitar berumur 41 tahun ini banyak menceritakan perjalanan hidup dan keluarganya.Cerita yang semakin membuatku merasa cepat akrab dengannya disebuah mushola kecil tempat aku dan pak Sigit menghabiskan malam sampai kami tertidur dengan mimpi - mimpi menjelajah Nusantara.Satu buku Agenda kuberikan sebagai kenanga- kenangan sebelum berpisah saat kami menyantap sarapan nasi sambal dengan lauk ikan asin di warung yang baru buka di pagi yang masih sepi pembeli.Kami masih sempat berjalan beriringan di jalan yang mulai ramai dan padat dengan kendaraan - kendaraan besar melaju dengan kecepatan tinggi akhirnya aku putuskan untuk jalan lebih dahulu karena laju becak Pak Sigit yang lamban,sekarang aku benar - benar berpusah dengannya dengan satu harapan suatu saat bisa bertemu kembali dan bercerita tentang kisah perjalan kami masing - masing.Lambaian tangan - tangan kokohnya mengantarkanku melaju ke Alas Roban yang penuh tanjakan ,aku sendiri membayangkan perjuangan pak Sigit melintasi tanjakan yang sempat menguras keringatku.Satu kejadian yang membuatku heran sekaligus terharu saat melaju menuju kota Tegal.Sebuah bus dengan syarat penumpang dari arah belakang yang berjalan pelan dan membunyikan klakson tanpa henti walau aku sudah memberi tanda untuk mendahuluiku dengan lambaian tangan,sang sopir malah semakin keras membunyikan klakson yang memaksaku menoleh kebelakang.Kulihat tangan sang kondektur terlihat akan memberikan sesuatu ,kucoba menerima pemberian itu.Yang bikin aku kaget ternyata kondektur memberiku dua lembar uang Rp.1000,-.Belum sempat aku berucap terimakasih,bus sudah melaju dengan cepat meninggalkanku dengan perasaan heran,kaget,dan haru bercampur jadi satu tanpa sempat mengingat nomor plat bus.Yang kutahu hanya tulisan Jaya Putra disamping kiri badan bus.Aku yakin kru bus tadi pasti orang Klaten,mungkin mereka membaca tulisan "Wong Klaten" yang ada di box belakang.Rasa heran masih ada dibenakku,hingga rasa terik matahari tidak terasa dikulit sampai memasuki kota Cirebon sore hari.Seandainya kepedulian - kepedulian kecil ini ada dalam setiap insan yang menghirup udara dimuka bumi,alangkah damainya dunia ini.Atau kepedulian seorang kondektur tadi dimiliki oleh pejabat - pejabat yang dipercaya rakyat alangkah makmurnya rakyat Indonesia.Kepedulian kecil terhadap rakyat yang sering mereka lupakan terkadang membuat rakyat kecil kecewa,bahkan sekedar untuk bertatap muka saja tersa sulit.
Dari kota tempat dimakamkan Sunan Gunung Jati kukayuh sepeda melalui jalanan penuh tanjankan ke kota Sumedang.Kota yang terkenal dengan tahu goreng yang terasa gurih di lidah.Aku membeli membeli bebrapa sparepart di toko "Mitra" bdi belakang stadion olah raga. aku juga membeli jam tangan karena selama beberapa hari ini setiap ingin melihat waktu aku harus mengeluarkan handphone yang aku taruh dalam daypack.Di gapura pintu keluar aku bertemu rombongan anak - anak muda bersepeda BMX dengan bebdera Rossa Adventure yang touring dari Bandung _ Indramayu.Dari mereka aku dapat informasi jalur menuju Bandung,sebagai balasannya aku kuberikan hiburan trik sulap dan souvenir lukisan hasil goresanku.mereka juga memberiku kenangan sebuah bendera kebesarannya.Seperti apa yang mereka ceritakanbanyak tanjakan di daerah Cadas Pangeran yang lumayan menguras tenaga dan keringat.Walau begitu panorama yang disajikan alam yang indah menghapus rasa lelah yang ada.Di Bandung kuhabiskan waktu keliling Cihampelas yang hampir mirip jalan Malioboro,banyak outlet outlet penjual pakaian yang berbahan jeans,mungkin ini yang membuat Bandung dikenal dengan sebutan PARIA Van JAVA.,atau sebutan parisnya Indonesia.Di tambah dandanan dan gaya anak muda yang aku lihat terkesan modis banyak bergerombol disetiap sudut keramaian.Belum lagi di daerah Cibaduyut sebagai daerah penghasil sepatu semakin melemgkapi keberadaan kota Bandung sebagai kota fhasion.
Kejadian lucu sekaligus membuatku agak malu saat bertanya pada seorang sopir angkutan kota yang berhenti di traffic light disebuah pertigaan.Mungkin satu petanyaan konyol bagi di sopir dan sebagian penumpang yang mendengarnya,Aku hanyabertanya dimana letak Gedung Sate.Dengan santainya sambil tersenyum sopir tadi mengankat tangan dan menunjuk sebuah gedung dengan atap mirip tusuk sate dan bilang"Itu mas gedung satenya,udah gosong," dengan senyum geli.Ternyata hanya tepat di sebelah kanan jalan dan hanya berjarak sekitar 10 meter dari tempat aku bertanya.Setelah dua jepretan kamera kuabadikan gambar berlatar belakang Gedung Sate ku kkayuh sepeda menuju daerah kota santri Cianjur.Dari pintu gerbang masuk kota banyak papan - papan bertuliskan nuansa islami di tepi jalan,semakin menandakan jika kota ini sebagai kota santri.Bermalam di Polres dan bermain sulap dengan para polisi yang bertugas jaga menjadikanku orang paling dingikna dikantor polisi.Mereka rata - rata heran dengan permainan trik sulapku,hingga perut ini kenyang dengan makanan dan kinuman yang mereka berikan.Tapi konsekwensinya aku jadi tidak bisa istirahat karena main sulap dari satu ruangan ke ruang yang lain.Pagi hari sebelum keluar dari polres kutinggalkan rasa heran di wajah - wajah polisi dengantrik kubeningkan trik teh botol yang dipegang salah satu polisi.Belu, sempat mereka bertanya rahasia trik telah kukayuh sepeda dengan cepat meninggalkan mereka dengan lambaian salam perpisahanku menuju arah Bogor.Banyak polisi yang menyarankanku untuk melalui jalur Sukabumi yang katanya jalur tidak banyak tanjakan.Karena keinginanku untuk ke Puncak jadi sewaktu di pertigaan Canklik yang jika kekiri ke arah Sukabumi dan satunya lagi menuju Puncak aku tetap putuskan mengayuh kearah Puncak.Namanya juga Puncak jalanan terus menanjak,praktis dari jam 08.30 sepeda tidak aku kayuh tapi lebih banyak kudorong.Dengan beban hampir 40 kg disepedfa terasa berat jika kupaksakan mengayuh dan nafas terasa tersengal -sengal.Di daerah Cigeurung kulihat banyak anak kecil yang bermain sepak bola ditanah lapang dengan mistar gawang yang terbuat dari bambu dengan jaring hanya berupa rajutan tali faia seadanya.Tapi kulihat betapa gembiranya mereka menendang dan menggiring bola,apalagi kalau salah satu dari mereka mencetak gol,bagaikan seorang striker profesional merayakan kemenangan disebuah pertandingan.Dengan tingkah polah yang lucu dan terkadang menggemaskan.Semua kejadian yang kulihat menggelitikku untuk bergabung dengan mereka dan bukan hanya melihat dari pinggir lapangan.Mungkin mereka heran dengan kedatanganku yang mengendarai sepeda aneh dimata mereka.Dengan antusia mereka mangajakku bermain sepak bola.Bermain dengan bola plastik yang sudah lusuh dan gembos tiap kali ditendang benar - benar membawa ingatankukembali ke masa kecilku yang sering bermain sepak bola disawah yang penuh lumpur.Terkadang sampai lupa waktu hingga terdengar suara kumandang adzan mahgrib baru melangkah pulang dengan segala kotoran sawah yang menempel di seluruh badan,hingga membuat ibu marah.Dan sekarang kulihat wajah - wajah yang sama cerianya saat menendang bola bersama teman- teman kecilku.Kulihat mereka lebih ceria lagi saat kuminta tolong salah satu anak untuk membeli bola plastik yang baru di warung dekat lapangan.dengan senangnya dia lari kewarung dengan membawa uang Rp.5000,- yang kuberikan.Aku juga merasakan semangat dimata mereka tidak peduli dengan rasa letih disekujur tubuh,terlebih saat istirahat dan kubagikan "relaxa" dan berphoto bersamama.Sekali lagi kulihat wajah- wajah gembira tanpa beban dan bebas,seolah setiap hari adalah hari hari yang membahagiakan.Ucapan terimakasih dari teman - teman kecilku semakin memberikan spirit untuk tetap dorong united sampai Puncak Pass.Beruntung cuaca tidak panas malah sebaliknya,tersa sejuk.Walaupun keringat tetap membasahi tubuh.Jam tangan sudah menunjukkan puluk 15.30 Wib saat aku sampai di Istana Kepresidenan Puncak Pass,rasa lapar menjadikan nikmat saat menyantap ketela bakar di sebuah warung yang berlatar pemandangan hijaunya perkebunan teh.Kembali pertanyaan konyol kulontarkan buat ibu penjual ketela bakar,dengan entengnya aku bertanya"Bu,Saya minta es teh,"tanpa melihat kondisi alam di daerah itu yang terasa dingin dan berkabut.Dengan wajah keheranan si ibu warung hanya bilang"Disini tidak jualan es mas,yang ada cuma teh dan kopi panas."
Bagian yang kutunggu - tunggu dan menjadi bonus setelah hampir seharian mendorong sepedaakhirnya datang juga,tanpa mengayuh pedal melaju kencang sepanjang jalan yang menurun tajam dan meliuk - liuk disetiap tikungan.Aksiku sering jadi tontonan beberapa sopir yang ada dibelakangku atau penumpang mobil yang aku dahlui.Beberapa dari mereka sempat mengacungkan jempol saat aku dahului.Laju sepeda kuperlambat di daerah Cisarua karena jalanan mulai padat pengunjung Taman Nasional Cisarua,itupun harus pintar - pintar cari celah untuk lewat karena banyak antrian kendaraan.Memasuki kota Bogor masih disodori kemancetan panjang di jaln utama.Pagi hari keliling kota sebelum menuju Jakarta,mengitari Gedung Iatana Kepresidenan yang masih berkabut saat kulihat banyak menjangandi halaman istana.Khayalanku melambung jika aku mempunyai rumah sebesar istana dengan hijau rumput luas dan rindang pohon - pohon besar serta menjangan bergerombol tanpa kandang bebas berkeliaran memakan rumput.Lamunanku segera hilang seakan ditelan bumi saat ada seorang ibu yang mengenakan pakain olah raga bertanya,"Mas,jualan Roti ya?".Satu pertanyaan yang membuatku tersenyum geli.Dan kujawab dengan sopan"Bukan jualan roti bu,Saya jualan koran,"sedikit berbohong agar ibu tadi tidak merasa malu.Untuk menhindari salah duga,seperti dikira pengantar paket,loper koran,atau jual roti seperti seorang ibu tadi kubuat tulisan "KELILING INDONESIA"di sebuah kios sticker pinggir jalan menuju Jakarta.Karena tulisan ini juga,aku diwawancarai Radio 911 sehabis sholat jum'at,mereka membaca tulisan di box belakang sepeda yang kuparkir di area masjid.
Jakarta,ibu kota negara yang hanya sekalipernah kudatangi,itupun karena aku ikut studi tour 14 tahun lalu saat aku masih SMP.Sering aku tolak ajakan teman untuk bekerja di Jakarta.Bagiku Jakarta bukanlah tempat yang aku bayangkan untuk bekerja.Dengan kondisi kota yang sibuk dan bising ,bertentangan dengan bayanganku tempat kerja yang sejuk dan damai,dengan masyarakat yang tidak saling berebut memperjuangkan uang.Tapi di Jakarta pula aku bisa bertemu dengan Heri,sahabat lama yang sudah 14 tahun tidak beryemu.Tiga hari kuhabiskan waktu bersamanya,berbagi cerita dan tertawa lepas mengingat kejadian - kejadian masa bersama dulu.Kamin ingat ,saat dia memecahkan kaca belakang mobil ayahnya karena menbrak pohon pinggir jalan.Dan Kami mencari alasan dan mencari kambing hitam,dia bilang kaca mobil di lempar waria - waria yang mangkal di dekat stasiun klaten,dan aku hanya mengaminin dngan kata "iya" ketika ibunya bertanya padaku.Atau saat dia terluka di kepala sampai berdarah dipukul pistol mainan yang terbuat dari besi baja yang mirip pistol asli oleh sopir bus dan beberapa anggota koramil Klaten karena salah paham,dan aku tahu Dia tidak salah.Sekarang dengan dua anak yang licu- lucu sudah merubahnya menjadi bapak yang bertanggung jawab.Aku sendiri bangga menjadi sahabat seorang Heri yang sudah lama tinggal di kota yang penuh tantangan,manipulasi yang terkadang menghalalkan berbagai cara dia masih mampu memegang prinsip bahwa persabatan adalah kmitmen yang harus dijaga.
Minggu 13 Juni,pagi yang masih sepi kususuri Jalan Jend.Sudirman yang terkenal daerah perkantoran dengan gedung - gedung tinggi dan jalur busway yang berwarna merah dan kulihat busway melaju seperti di jalan tpl tanpa ada pengendara lain di jalurnya.Ku hentikan kayuhanku di Bundaran HI, satu tempat yang identik dengan tugu untuk demontrasi.Demontrasi menentang kebijaksanaan pemerintah atau demontrasi masalah - masalah lain yang aku sendiri tidak tahu.Seakan tugu Selamat Datang dengan dua patung yang mengankat tangan adalah simbol oran demo yang selalu mengacungkan tangan,dan air pancuran adalah peluh dan tangis mereka.Aku juga memasuki Monumen Nasional yang dihari minggu banyak pengunjung menghabiskan waktu setelah sepekamn mereka bekerja.Kulihat ada rombomngan anak- anak muda yang berlatih theater,berteriak keras - keras mengolah vokal mereka.Anak - anak berlari kesana kemari tertawa riang,atau sepasang kekasih yang bermesraan seakan dunia ini milik mereka tanpa sungkan bergandengan tangan dan berciuman di depan umum.Hanya bau kotoran kuda yang membuat kenyamanan agak terusik,aku heran kota besar seperti Jakarta masih ada bau kotoran kuda.Ada perasan yang berbeda saatju melintas di daerah pegunungan atau di hutan dibanding melintas di kota Jakarta yang penuh dengan gedung - gedund tinggi,hiruk pikuk kendaraan,orang - orang yang terlihat selalu tergesa melakukan aktifitas.Terlebih di daerah Kebon Jeruk aku salah masuk jalan Tol,karena terbawa arus lalu lintas dan rambu - rambu Tol tertutup oleh alat - alat berat pembuatan FLY OVER.Pengalaman lucu sekaligus mendebarkan,aku baru sadar kalu masuk jalur tol ketika aku menoleh ke arah kiri jalan yang ada denganpagar besi.Kulihat semua pengendara sepeda motor lewat jalur itu,dan sebagian pengendara manatapku dengan tatapan heran. Sedangkan jalur yang aku lalui tidak ada satupun kendaraan roda dua yang melintas,hanya mobil,kendaraan besar dengan kecepatan tinggi yang selalu membunyikan kloakson saat mendahului sepedaku.Kuputuskan tetap berada di jalurku sampai pintu masuk tol.Akan lebih berbahaya jika aku belok dan melawan arus lalu lintas.Sampai di gerbang tol disuruh berhenti oleh petugas dan di bawa ke kantor untuk melapor. Walaupun kena marah petugas tapi akhirnya mereka maklum setelah kuberikan penjelasan bahkan ada dari petugas tertawa dengan apa yang sudah aku lakukan.aku malh dapat informasi jalur- jalur aman kearah Grogol menuju kota Banten dari mereka.
Di Banten banyak aktifitas di sekitar lapangan dekat Gubernur,banyak nuansa merah dan gambar banteng dengan moncong berwarna putih dalm lingkaran.Ibu penjual teh botol tempat ku istirahat memberi tahu kalau Megawati selalku ketua PDIP akan datang berkampanye siang ini di lapangan.Bahkan ibu tadi bilang"Mas tunggu aja ,biar nanti bisa ketemu Presiden,siapa tahu mas dapat uang saku dari bu Mega".Pemikiran yang sederhana dari seorang rakyat yang belum tahu jika ingin bertemu seorang pejabat penuh dengan protokoler yang ber belit - belit dan penuh birokrasi.Dari menit ke menit suasana mulai ramai orang - orang berkaos merah bergambar lambang partai yang ingin memeriahkan kampanye.Keramaian yang membuatku ingin segera pergi mengayuh melanjutkan perjalanan.Selama ini aku belum pernah ikut kampanye atau ikut menyalurkan aspirasiku dalam Pemilu semenjak dapat hak pilih.Kayuhanku sedikit tersendat karena ada kemacetan total kearah Cilegon,antrian panjang hampir 4 km.Beruntung aku masih bisa melewati celah - celah kendaran lain dan mengangkat sepeda bila benar - benar terjebak dalam antrian.Sore hari aku memasuki pelabuhan Merak,istirahat di pelabuhan sekalian menunggu kapal Ferry yang akan membawaku ke Bakahuni.Dengan tiket seharga Rp.7.500,- kuparkir sepeda dikapal yang juga penuh dengan mobil,truk,bus,dan beberapa sepeda motor.Hampir dua jam kapal menyeberangi selat Sunda .Senin 14 Juni 2004 untuk pertama kali kuinjakan kaki di tanah Andalas .Jalanan tanjakan sudah didepan mata selepas turun dari kapal ferry di dermaga Bakahuni lumayan menguras tenaga terutama di daerah Penengahan dan Klaianda dengan terik matahari yang membuat kerongkongan terasa cepat kering.di Bandar Lampung kumasuki are Universitas Darma Jaya untuk menemui teman - teman pecinta alam,tapi sekretariattan mereka kosong,beberapa mahasiswa bilang mungkin karena bulavn Juni ini libur semester jadi anggota mapala banyak yang mudik.Keinginan untuk silahturahmi tidak bisa aku lakukan,terpaksa aku lanjutkan perjalanan melewati Natar,Gunung Sugih,sempat terhenti di Bandar Jaya karena hujan lebat serta melewati jalur sepi,di perbatasan kecamatan Kalibalang Lampung Utara mata kiri terasa perih kemasukan serangga kecil.Beruntung aku selalu membawa tetes mata,minimal bisa mengurangi rasa perih dan tidak memjadikan mata bengkak.13 km kemudian aku memasuki daerah Kota Bumi,kota kecil yang lumayan ramai dengan penduduk mayoritas dari Jawa,jadi seakan akan Aku masih berada di Jawa.mereka rata - rata adalah para Transmigran yang sudah lama menetap di daerah Lampung.Setelah lama mencari toko peralatan sepeda dan membeli beberapa sparepart cadangan ,kulaju sepeda melewati jalan yang sepi dan menanjak di Bukit Kemuning.Sempat tertidur di warung nasi sehabis kenyang makan siang karena lelah,mungkin yang punya warung tahu Aku habis melakukan perjalanan jauh,maka Dia tidak berani untuk membangunkan sampai aku terbangun dan kembali melanjutkan perjalanan.
sapaan"hello Mister"mulai sering terdengar ditelinga ketika melewati penduduk yang ada di pinggir jalan.Dengan memakai kacamata hitam dan slayer penutup kepala serta jacket yang kupakai.Mereka mengira aku tourist dari luar negeri yang juga sering mereka jumpai melintas di jalur ini.Perjalanan sepi dengan jalur naik turun dansempit di daerah perkebunan sawit dan karet kembali aku jalani menuju Martapura sampai Batu Raja.Disalah satu pos pemeriksaan kendaran Aku di stop oleh beberapa anak muda yang menyuruhku istirahat.Mereka menawarkan minuman keras,sebagian dari mereka sudah terlihat mabuk dan kehilangan kontrol.Bahkan ada salah satu anak Kerempeng dengan tindik di telinga kiri yang selalu menanyakan bawaan yang ada di tas dan box sepeda.Dia juga ingin memeriksa surat jalanku layaknya polisi memeriksa orang yang dicurigai.Yang tidak Aku senangi saat dia menawarkan minuman keras dengan sedikit nada memaksa,seakan hanya dia jagoan ada dipondok kecil itu.Beruntung masih ada orang yang menegurnya untuk lebih sopan terhadapku.Aku yakin orang ini disegani dikelompok yang ada dipondok.Dengan postur tubuh yang besar dan berotot wajar dia jadi pemimpin di komunitas itu.Sayang aku tidak sempat berkenalan dengan orang itu yang memberiku aqua dan bukan minuman keras seperti si Kerempeng tadi........................lanjutan ..... besok .......lagi

Monday, January 19, 2009

bersepeda keliling indonesia


Sebuah candi yang sudah masuk dalam daftar peninggalan cagar budaya internasional , juga terkenal dengan sebutan Candi Roro Jonggrang.sewaktu masih sekolah hampir tiap minggu aku datang ke candi prambanan untuk belajar praktek bahasa inggris secara langsung dengan wisata manca negara,sekaligus belajar guiding.Aku punya teman sekaligus mentor seorang guide di Prambanan,dari dia aku belajar bahasa inggris sekaligus belajar bagaimana menjadi guide yang baik.Teman- teman guide Prambanan memanggil mentorku dengan panggilan LUNA, walaupun nama sebenarnya Sarwana.Dia menguasai 5 bahasa asing padahal Luna tidak pernah belajar bahasa asing di pendidikan formal.Sayang aku tidak bisa bertemu dia saat ini,dia baru guiding tamu.Terpaksa aku tinggalkan Candi tanpa jumpa mentorku,tapi aku sempat titip salam buat dia pada salah satu teman guide yang aku kenal.
Baru puluhan kilometer aku mengayuh sepeda,seakan ada yang berbeda dengan orang - orang yang kulewati.Setiap kayuhan selalu ada orang yang melirik kearahku.Aku sendiri tidak tahu,mereka heran dengan diriku atau sepeda yang aku kendarai.Mungkin juga dengan sepeda yang sudah aku modifikasi jadi sepeda touring.Dengan tas yang mengantung disebelah kanan - kiri dibagian belakang yang aku isi beberapa lembar pakaian dan alat - alat sepeda.Dan sebuah box alat alat lukis yang aku pasang di atas boncengan serta kerajang di bagian depan ,ditambah bendera merah putih kecil yang selalu berkibar di belakang.Aku ingat bagaimana susahnya mendapatkan sepeda seharga Rp.850.000,- yang akhirnya hanya aku bayar seharga Rp,600.000,-.Karena dapat potongan harga dari peilik toko setelah tahu kalau sepedanya akan aku gunakan untuk keliling Indonesia.Untuk membeli tas dan alat- alat yang yang lain aku harus meminjam uang ke teman walau tanpa jamina apapun. Sempat aku mengajukan proposal ke kantor pos terdekat untuk membantu pengadan tas, seperti tas yang dipakai kendaraan pos.Tapi pihak kantor pos bilang tidak mempunyai stok tas tersebut.
Tak tersa aku sudah berada din perempatan Tugu JOGJAKARTA,sebuah tugu yang menjadi ciri khas kota gudeg.Aku sempat tersanjung sewaktu mengabadikan gambar diri berlatar tugu dengan camera pocket.Dibantu seorang masiswa yang mengambil gambarku sementara dua anggota polisi menghentikan sementara laju kendaraan sampai aku selesei diphoto.Padahal jalur perempatan tugu termasuk jalur padat kendaraan,Aku merasa bagaikan pejabat - pejabat yang selalu di utamakan bila melewati jalur padat kendaraan dengan pengamanan yang ketat dari aparat seakan jalan itu milik pribadi.Ucapan terimakasih untuk bantuan mereka mengiringiku lanjutkan kayuhan menyusuri jalan Malioboro,jalur yang terkenal dengan penjual pernak - pernik kerajinana tangan,warung - warung lesehan yang sudah mencantumkan daftar harga yang pasti.Tidak seperti dua atau tiga tahun yang lalu ,masih banyak warung tanpa daftar harga,hingga sering terjadi complain dari pembeli yang merasa membayar terlalu mahal untuk menu yang mereka makan.Bagiku tempat yang nyaman untuk makn di kawasan Malioboro hanya warung "Angkringan" yang menyediakan menu istimewa Sego Kucing<> yang dibungkus dengan daun pisang seharga Rp.500,- dengan minuman teh jahe panas begitu nikmat disantap diwaktu hujan gerimis seperti saat ini.Hari- hari yang sudah sering aku jalani di daerah Jogja sebelumnya menjadikanku terbiasa melihataktifitas yang ada di kota pelajar,karena aku pernah tinggal satu tahun disini.Kuputuskan hanya menginap satu malam dan paginya melanjutkan ke arah Magelang...............masih berlanjut dan panjang........................

Saturday, January 17, 2009

bersepeda keliling indonesia


Latihan fisik menjadi santapan setiap hari sebelum menjalankan niatku keliling Indonesia. Selain bersepeda,Jogging minimal 6 km setiap hari aku lakukan,sekali waktu aku ke fitness centre untuk latihan angkat beban.Saat latihan fisik banyak teman- teman kampung jadi ikut ikutan demam jogging.Hampir setiap hari ada saja dari mereka yang menemani jogging ataupun latihan fisik yang lain,bahkan mereka juga membantuku untuk mendapatkan ijin perjalanan dari kantor polisi setempat.Aku baru sadar kalau perjalanan bersepeda yang aku jalani membutuhkan surat perjalanan dari kantor polisi.Berawal dari sekedar mencari surat jalan ini,beberapa teman menyarankan agar perjalanan ini sekalian dicarikan sponsor untuk mendukung aktivitasku selama perjalanan.Proposal telah dibuat dan menunggu persetujuan dari Bupati Klaten sebagai penanggung jawab kegiatan,karena teman teman berfikir kalau perjalanan yang aku lakukan terkait dengan memperkenalkan potensi daerah Klaten.Ternyata untuk menemui seorang pejabat kepala daerah tingkat II tidak semudah yang dibayangkan teman- teman,bahkan aku sendiri menjadi sanksi apakah Bupati bersedia menjadi penanggung jawab kegiatan yang aku lakukan.Pernah aku menunggu bupati dari jam 7 pagi hingga jam 4 sore tanpa hasil apapun,padahal aku sudah diagendakan untuk bertemu.Dan ironisnya saat itu aku tahu bupati ada dikantor tetapi ajudan bilang bupati tidak bisa ditemui dengan alasan ada pertemuan.
Satu hal yang sudah aku duga sebelumnya,untuk mendapatkan persetujuan bupati akan memakan waktu yang lama.Setelah hampir 2 bulan sejak proposal dibuat aku baru mendapat tanda tangan bupati,itupun karena dibantu Mas Anang Widayaka seorang anggota DPRD. Proposal ditandatangan bupati1o hari menjelang rencana hari keberangkatanku,jadi mustahil aku mencari sponsor untuk mendukung kegiatanku.Setelah surat ijin perjalanan dikeluarkan dari kepolisian aku tetap melakukan perjalanan sesuai jadwal yang aku tetapakan,walau tanpa sponsor apapun aku merasa sudah mempunyai sponsor tunggal yang sangat berharga,Doa Restu dari orang tua menjadi sponsor tunggal yang tidak ada bandingnya yang membuat keyakinanku semakin bertambah untuk mewujudkan impianku.
Selasa 6 Juni 2004 dari tugu Ki Narto Sabdo aku tidak menyangka kayuhan pertamaku dihadiri banyak sahabat dan beberapa wartawan yang ingin meliput,bahkan seorang wartawan dari Suara Merdeka sempat memberi satu roll film untuk bekal tambahan dokomentasiku,padahal saat itu aku tidak mempunyai camera yang bisa dibawa.Dengan uang Rp.65.000,- dan berbekal alat- alat lukis serta keahlian main sulap aku mempunyai keyakinan bahwa aku mampu untuk survive.Aku tidak pernah menyangka kalau mas Anang memberiku bantuan finansial 1 juta dan pak Sukojo seorang teman dari SAR juga memberi 1 juta.Satu hal yang tak pernah terpikirkan sama sekali,ucapan terima kasih mungkin tidak cukup untuk membalas kebaikan mereka.Wujud nyata sebagai ganti kebaikan mereka adalah menyeleseikan expedisi bersepeda keliling Indonesia walau apapun rintangan yang akan aku hadapi nanti.
Disertai lambaian tangan sahabat - sahabat,saudara- saudaraku,serta ibu kukayuh sepeda gunung merk UNITED type DALLAS dengan tas meggelantung disamping kanan kiri dan bendera di bagian belakang.Kayuhan kayuhan santai di hari yang cerah ke arah Jogjakarta melewati candi Prambanan ............................ bersambung lagi ya....................

Friday, January 16, 2009

bersepeda keliling indonesia


Friendship,semangat damai,kesetaraan dan survival memacu semangat untuk menjelajah Nusantara.Kekayaan budaya dan sumber daya alam,keindahan alam yang begitu beragam di Negeri Mutiara khatulistiwa,mungkin tidak akan bisa dilukiskan dengan untain kata.Naif jika rakyatnya berada dalam kemiskinan dan tidak bisa hidup dalam damai,setidaknya inilah kesan dalam buku Indonesian Achipelago yang aku baca sewaktu masih duduk dibangku SMP.Kesan inilah yang menjadi impianku menjelajah Indonesia,bukan sekedar sebuah pembuktian tapi juga mewujudkan impian seorang anak manusia.Aku yakin setiap manusia punya impian,seorang miskinpun punya impian karena orang yang tidak punya impian dialah orang yang miskin.Walau untuk mewujudkan impian terkadang memerlukan pengorbanan,bahkan menjadi bahan tertawaan orang.Sebutan "GILA"satu kata yang sering aku dengar dari orang - orang yang belum mengenal aku secara dekat,atau sebutan orang kurang kerjaan dan pekerjaan orang frustsi juga terlontar dari bibir mereka.Berbeda dengan orang - orang yang sudah mengenalku secara dekat,terutama bapakku.Walau tanpa kata - kata aku tahu pasti bapak selalu mendukung setiap langkah yang aku ambil.Aku ingat sewaktu minta ijin naik gunung Lawu bersama 4 orang teman tanpa didampingi senior padahal aku masih kelas 1 SMP.Bapak hanya bilang"Hati - hati".
seperti kali ini aku minta ijin untuk bersepeda keliling indonesia Beliau hanya bilang" Hati - hati".Hanya kekawatiran seorang ibu yang belum merelakan seorang anak pergi menjelajah tanpa bekal yang cukup dalam sebuah perjalanan panjang.Aku butuh berhari hari untuk mendapat ijin dari ibu,aku yakinkan bahwa aku mampu bertahan hidup walau tidak punya bekal uang yang cukup,karena bekal yang aku butuhkan hanya Doa restu dari Bapak dan Ibu.

bersambung.................................................