Dari Kota Waringin Aku kembali naik Speed Boat menuju
PangkalanBun dengan ongkos Rp.50.000,- Wong Klaten bersepeda keliling Indonesia
,karena penumpang hanya aku sendirian.Selama 1,5 jam
menyusuri Sungai Lamendau diatas Speedboat “Alinda” sambil mendengarkan cerita
mas Irwan yg pegang kemudi,cerita cerita menarik tentang sungai Lamendau.Speed
boat sering terguncang bila berpapasan dengan kapal yg lebih besar .Beruntung
mas Irwan sudah berpengalaman ,jadi terasa nyaman bersama dia menikmati
pemandangan hutan ditepian sungai.Dia juga bercerita kalau sungai ini masih ada
buaya buaya yg kadang terlihat di pinggiran sungai.Cerita cerita mistis tentang
suku dayak,bahkan cerita tentang keluarga kecilnya seakan kami bagaikan sahabat
yg sudah lama tidak bertemu.Jam 14.00 Speed merapat di dermaga kecil Pangkalan
Bun ,yg sekaligus dekat dengan pasar.Seperti biasa ,setiap kedatangan speed
selalu jadi perhatian orang2 di Dermaga .Dari yang menawarkan jasa
ojek,makanan,tempat menginap, semua orang yg mendatangi speed boat mereka malah
membantu mengeluarkan sepedaku dari boat.Hanya ucapan terimakasih buat semua yg
sudah membantu membantuku.Sambil minum secangkir kopi di warung tepian dermaga
aku melayani pertanyaan beberapa orang yg penasaran dengan perjalananku naik
sepeda dari Jawa.
Hari ini kuputuskan mengambil uang di BRI untuk membeli
kertas photo terbakar yg mulai menipis .Keliling kota kecil tapi lumayan ramai
di malam hari di sekitaran pasar ,aku membeli kertas photo terbakar di salah
satu studio kecil.Kertas ini sangat membantu memberiku penghasilan selama
perjalanan,juga bisa saya gunakan untuk membuat souvenir yg aku berikan ke
orang orang yg sudah membantuku.Kugoreskan lukisan lukisan kecil di atas kertas
photo hitam dan kutliskan nama atau kata kata mutiara .Seperti saat mbak Devi
si pemilik studio photo yg tdk mau menerima uangku untuk membayar kertas photo
yg kubeli.Dari Pangkalan Bun menuju Asam Baru yg berjarak 110 km dengan jalur
aspal walau ada beberapa bagian yg rusak dan berdebu.Melewati jalur Jembatan
panjang di atas rawa dengan tumbuhan alang alang tinggi di setiap mata memandang
seakan bukan berada di daerah Indonesia,seperti gambar gambar pada kertas tanggalan yg kupajang di
kamar.Seakan dejavu merasuki Alam pikiranku,dan aku teriak “AKU PERNAH
MENGALAMI KEJADIAN INI” walau sesaat.Di jalur ini pula untuk ketiga kalinya aku
di kelinlingi ribuan belalang di sekitarku.
Dua Jeruji kembali Patah saat
melintas di daerah perkebunan sawit dan karet.Panas dan debu sudah menjadi hal
biasa sepanjang melintasi jalan jalan tanah dan berkerikil yg sering bikin ban
terasa menggelincir saat mengerem.40 km kemudian sudah bisa menikmati mulusnya
jalan aspal walaupaun banyak tanjakan tanjakan mayat sampai kota Sampit.85 km
melewati rawa rawa dan pinggiran hutan yang sepi dan hanya berpapasan dengan
beberpa bis dan taksi taksi Kijang .
Disaat matahari kembali
terbenam di Ufuk Barat begitu Indah
dengan warna merah bulat penuh diantara pucuk pucuk pohon dan bias merahnya menghiasi
langit ,saat saat sperti inilah yg sering kunikmati dan menjadikan obat lelah
setelah seharian mengayuh sepeda UNITEDku.10km sebelum masuk Kota Sampit aku
harus menyalakan lampu senter,suasana sudah gelap dan masih terasa sekali ada
asap sisa kebakaran.Sampai kota Sampit pukul 19.30 wib,aku memutuskan utk
menginap di Masjid Polres.Setelah mandi ,aku makan di warung depan kantor
polisi,beberapa petugas jaga juga da yang makan di sana.Dari mereka aku dapat
info kalau sehari sebelumnya juga ada pesepeda keliling Indonesia yang mengaku
dari Sumatera Utara.dan Alhamdullillah walaupun sama- sama Keliling Indonesia
naik sepeda ,banyak dari polisi lebih respect kepadaku.Mereka bilang aku
terlihat lebih matang dari segi persiapan,baik dari sepeda dan perlengkapan,apalagi
setelah mereka menikmati hiburan trick SULAP serta aku melukis untuk menambah
ongkos perjalanan .
Pagi hari kabut tipis masih
menyelimuti kota Sampit,ku kayuh sepeda keliling kota.Setelah puas baru ku
kayuh Unitedku menuju PalangkaRaya.Perjalanan santai dijalan beraspal tanpa
tanjakan berarti dan tidak berdebu,walaupun msh ditemani cuaca panas sampai
Pundu.Aku sering di kira touris dari luar negeri dengan sapaan Hello Mister
oleh anak2 di sepanjang jalan.Setelah melewati perbukitan dan sabana 35 km
setelah Pundu jalanan kembali datar sampai Kasongan.Sepanjang jalur hutan
banyak terdapat pohon rotan.Setelah Sholat di Masjid AINUL YAQIN Kasongan yg
dulu diresmikan mantan Presiden Soeharto,kembali kukayuh sepedaku memasuki
daerah Kerengtangi.Daerah pertambangan Emas dan penduduknya sudah
padat,Terlihat dari adanya pasar yang lumayan besar. Karena sudah dua hari
tidak memakai ,Aku menyempatkan beli
celana dalam di pasar yg mayoritas banyak orang jawanya.Dari cerita bapak tua
di warung saat aku minum es ,di jalur aspal Kerengtangi ada kurang lebih 30 km di
bangun oleh orang2 Rusia di jaman Soekarno.Dan jalan itu sampai sekarang masih
terlihat bagus,karena pembuatan jalan itu di tangani langsung oleh insiyur dari
Rusia.Dengan mengangkat bagian tanah gambut dan di ganti dengan pondasi yg
kuat.Sayangnya proyek tersebut dihentikan saat terjadinya G 30 S PKI dan
memasuki Era ORDE BARU.Aku jd berpikir misalnya proyek jalan itu di lanjutkan
oleh Pemerintah yg baru saat itu atau
pemerintah sekarang ini dengan konsep yg sama sperti para insiyur Rusia mungkin
program Trans Kalimantan akan sukses.Tidak ada jalan yang di buat dan setahun
kemudian rusak lg.
Walau sudah Gelap waktu sampai
di bukit Tangkiling tetap kulanjutkan mengayuh sepeda dengan bantuan lampu
senter sepanjang 30 km di jalan yg lurus dan beraspal bagus serta rawa di
samping kanan kiri jalan .Jum’at 13 Agustus jam 20.00 wib aku sampai di rumah
Mas Zairi,kakak Sepupu yg jadi dosen di di UNIVERSITAS PalangkaRaya .